Tampilkan postingan dengan label Muhammad Luthfi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muhammad Luthfi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Oktober 2010

Dan ini baru saja terjadi

Sabtu 23 okt 2010.

berawal ketika daku sedang bermain game membosankan namun menarik untuk dimainkan, dimana game tersebut bernama LUNA online. Terdengar seseorang memanggilku, dengan suara yang berat dan sedikit serak. Kubuka pintu dan pagar secara berurutan. Dan ternyata dugaanku benar, dia adalah Galih Ramdani Rakasiwi dan Em Ichan pun turut bersamanya dengan membawa sehelai knalpot handmade berwarna coklat mengkilap. Kuperintahkan mereka untuk masuk ke dalam untuk duduk, tidak lupa pula kutawarkan mereka secangkir kopi. setelah terjadi kesepakatan, kurebus lah air di dalam panci sekitar 500ml. Kami berbincang2 sambil menunggu air mendidih, setelah air mendidih kutuangkan pada kedua cangkir. Dan ternyata air tersebut hanya cukup untuk 2 cangkir, padahal daku juga ingin meminum kopi... cerita pun dipersingkat. Kuambil seonggok handphone dan mengetik sejumlah karakter sehingga membentuk kata demi kata, kalimat demi kalimat. Yang mana kalimat2 tersebut ditujukan kepada Bembi AKA Muhammad Luthfi. Kami mengundang dia untuk berkumpul. Kami menunggu sambil mengira dan sok memastikan bahwa ia tidak akan datang. setelah menunggu sekitar 20 jam pasir, akhirnya beliau datang dengan mengendarai sepeda motor laki2 yang diharapkannya dapat mendongkrak penampilannya yang.....(titik) kami bertiga berunding, tentang menu makan malam apa yang akan kami santap bersama. stelah musyawarah berlangsung selama kurang lebih 40 jam pasir, kami memutuskan untuk membeli 4 bungkus Indomie goreng yang kontroversial. Setelah kami menghabiskan 4 bungkus indomie yg disajikan bersama nasi yg masih tersedia dalam magic jar. kami meminum 1 - 4,5 tegukan air dari eskan yang bergambar snoopy disamping pegangannya. Daku pun segera mengangkat piring - piring kotor dan mengirimnya ke tempat pemandian piring. Seusai mencuci piring, daku berjalan 6-10 langkah menuju teras dengan kecepatan kurang lebih 50 pleset/sekon.

Kami memutuskan untuk pergi ke sebuah kota kecil, bernama Harapan Indah. Yak, jalan luas, hebohnya Satria FU, ban tipis Mio, pemandangan yang penuh kehangatan adalah fasilitas unggulannya pada malam minggu seperti ini. Kami pergi menggunakan 2 sepeda motor berbeda, dimana pada setiap sepeda motor tersebut terdapat 1 supir dan 1 pembonceng. Setelah melewati medan yang amat sangat berat dan rute seperti berikut : Komplek Pelni, Semarang, Harapan Jaya, Cirebon, Bumi anggrek, melewati jembatan Kranji dan samapai di tujuan. Ternyata terdapat sebuah trek baru disana, aspal hitam mengkilap, velg alumunium yang berputar dengan getol diatasnya. ceritapun dipersingkat. Galih memutuskan untuk ngetrek atau "nyeting" bahasa gaulnya sih. Bermodalkan helm pinjaman dan motor pinjaman pula, dia membulatkan tekad dan nyali untuk meng-gaspol motor pinjaman tersebut. Tampaknya pergerakan tersebut mengakibatkan kemulesan pada perutnya, sehingga tujuan utama kami selanjutnya adalah SPBU yg berjarak cukup jauh dari HI. Kami kembali ke HI dan melihat pada sisi trek yang satunya. Namun ternyata mengecewakan, tak ada satupun motor berkecepatan tinggi yang melwati jalur tersebut. untuk kedua kalinya Galih memutuskan untuk "nyeting". Dengan segala kekurang ikhlasannya Em Ichan meminjamkan motornya pada Galih sang pelaku. 2 kali motor itu melewati kami bertiga dengan lambatnya (kelihatannya). Seusai "nyeting" Galih kembali, namun sesuatu peristiwa yang bukan inti dari tulisan ini dan sangat tidak penting untuk anda ketahui, yaitu! kunci motor daripada motor empunya motor Em Ichan, HILANG! Dengan sedikit panik, Galih segera menyusuri trek mencari kunci tersebut. Namun apa daya, di tengah2 motor2 berkecepatan tinggi, dimana kecelakaan bisa saja terjadi kapanpun,dimanapun dengan korbannya siapapun, membatasi ruang kami untuk mencari kunci tersebut.

Motor masih menyala, karena hanya kuncinya yang DOL. Sampai suatu ketika, saat Ichan mulai bingung bagaimana cara mematikan kontak tersebut. Ide brilian namun konyol bila salah penggunaanya muncul dari otak Bembi. Diperintahkannya Ichan untuk mematikan motor tersebut dengan kunci motor Bembi. Dan itu berhasil, Ichan pun kegirangan. Namun saat ditanya bagaimana cara menyalakannya lagi, dia terbingung bingung, tatapan matanya kosong seperti tidak ada lagi harapan dalam hidupnya. Kami berpikir sejenak, sampai akhirnya Galih mengambil tanggung jawab untuk "nyetepin" motor Ichan sampai ke rumahnya. Perjalanan panjang kami lalui dengan penuh kepegalan pada kaki dan lengan. Dan medan terberat pun ada di depan mata. "Jembatan Kranji". Galih mendorong motor dari lembah jembatan kranji sampai ke puncaknya dengan penuh perjuangan yang sangat dahsyat sedangkan daku mengabadikan momen tersebut. Sampai dipuncak, Ichan dan Galih pun meluncur ke bawah. Kegiatan "menyetep" terus berlanjut. bermacam macam jalan, koasi dan lampu merah kami lalui.

Sampai pada akhirnya kami sampai di kediaman Ichan di duren jaya. Tanpa basa basi kami bertiga langsung cabut ke rumah Galih dan ke rumah daku. Bembi pun pulang dengan bahagia.